baru baca postingan temen di milis kantor, hehehee..ttg komik dan propaganda. Dibahas komik smurf di sini. Berikut cuplikannya
.................
>>Namun siapa yang bisa menyangka kalau ternyata komik ini adalah salah satu
>>perangkat
>>propaganda kaum komunis selama perang ideologi melawan kapitalisme
>>Amerika. Di tangan
>>Peyo, komunisme tidak lagi menakutkan sebagaimana selalu digambarkan media
>>cuci otak
>>Orde Baru, tapi berganti kulit menjadi sebuah kisah kartun yang lucu dan
>>menarik. Hal
>>yang sama juga pernah dilakukan oleh George Orwell dalam novelnya Animal
>>Farm yang
>>membuat sindiran atas gejolak yang terjadi di Rusia dalam bentuk fabel.
>>
>>Kehidupan di desa Smurf itu pun telah menggambarkan dengan sempurna
>>praktek
>>sosialisme utopis yang ada di dalam kepala Marx dan Lenin, dengan
>>menggambarkan
>>sebuah komune yang dikelola secara kolektif di bawah pimpinan sang
>>revolusioner
>>tunggal. Di desa itu semua Smurf bekerja sesuai profesi pilihannya dengan
>>suka cita
>>dan hak yang sama tanpa harus mengenal sistem mata uang --benar-benar
>>sebuah kondisi
>>yang ideal bagi kaum komunis. Secara ekonomis, desa Smurf seperti sebuah
>>pasar yang
>>tertutup, tidak mengenal mata uang, dan semua menjadi milik bersama
>>--properti
>>publik. Setiap Smurf adalah pekerja sekaligus pemilik. Para Smurf menolak
>>ide pasar
>>bebas, karena keserakahan dan ketidakadilannya, dan kepentingan kolektif
>>lebih
>>penting dan lebih berharga daripada kepentingan individual. John Lennon
>>bisa saja
>>hanya bernyanyi "imagine no possesions', tapi desa Smurf sudah bisa
>>mewujudkannya.
.................
*selsai baca ampe abis
blm ampe abis ae aku dah berpikir "Oh, bener donk kata temenku aku komunis yah...hahahaa.komunis utopis."
yahoo! Lenin, Karl Marx! here i come!!
Monday, January 31, 2005
Tuesday, January 11, 2005
ANTARA BURUNG, CACING DAN MANUSIA
*copy paste*
Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan
materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing. Kita lihat
burung
tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak
terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang
diperlukan.
Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa
membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup
buat
keluarganya, sementara ia harus "puasa". Bahkan seringkali ia pulang
tanpa
membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan
keluarganya harus "berpuasa".
Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak
punya "kantor" yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang
diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada
burung
yang berusaha untuk bunuh diri.
Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik
membenturkan
kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang
tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada
burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita
lihat burung tetap optimis akan rejeki yang dijanjikan Allah.
Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan
merdunya.
Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu
berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu
kelebihan
dan dilain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu
kelaparan.
Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu
cacing.
Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana
yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki,
tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan
telinga. Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk
hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan
mati.
Tapi kita lihat , dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah
putus
asa dan frustasi untuk mencari rejeki . Tidak pernah kita
menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.
Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau
cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh
lebih
canggih.
Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali
kalah
dari burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu
bunuh
diri menghadapi kesulitan yang dihadapi ? padahal
rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri
karena putus asa.
Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan
materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing. Kita lihat
burung
tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak
terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang
diperlukan.
Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa
membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup
buat
keluarganya, sementara ia harus "puasa". Bahkan seringkali ia pulang
tanpa
membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan
keluarganya harus "berpuasa".
Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak
punya "kantor" yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang
diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada
burung
yang berusaha untuk bunuh diri.
Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik
membenturkan
kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang
tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada
burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita
lihat burung tetap optimis akan rejeki yang dijanjikan Allah.
Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan
merdunya.
Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu
berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu
kelebihan
dan dilain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu
kelaparan.
Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu
cacing.
Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana
yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki,
tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan
telinga. Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk
hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan
mati.
Tapi kita lihat , dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah
putus
asa dan frustasi untuk mencari rejeki . Tidak pernah kita
menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.
Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau
cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh
lebih
canggih.
Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali
kalah
dari burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu
bunuh
diri menghadapi kesulitan yang dihadapi ? padahal
rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri
karena putus asa.
desain...
Bbrp hari ini pikiran ttg dunia desain menggumpal-gumpal, mengejek minta kluar.
Mostly ttg dunia kerja, cara kerja...cara pikir...
Di kaskus.com (http://kaskus.com/showthread.php?t=1217650) udah dibahas.
Ada tawaran, yg ga pernah kulirik sejak aku mo lulus, why? krn ga mo bingung lagi kayak sekarang.
Ada hasrat ingin berkreasi, spt idealnya lah. tapi di satu sisi dilema nya banyak!
Banyak sekali kelemahan sistem salary.
DLm visi dan taste design, i's okay. This one similar with the seond. Suka gaya2 yg elegan dan menurut mereka style desgin yg mutu, ga gilani.
Tapi........salary......
Aku minta gaji pokok UMR (ga tau berapa sih? 700? 800?) tapi ada KOMISI di tiap proyek. Emang napa marketing bisa, desainer tidak? emang yang lu jual apa?
Kedengarannya sombong amat. Desainku emang 'mentah' spt yg dia bilang. Tapi aku berpikir lagi...krrrkk...krrrkkk.....well maybe yg kali ini bukan kuda tunggangan yg tepat kali ya.
Aku berharap bergabung dgn tim(kuda yg tepat), kenapa hrs membentuk tim laen yg baru? tim laen yg mulai dr nol? yg kroco?
sampe kapan siklus ini brulang2 terus? Cobak liat brp biro desain grafis dlm 1 smester yg muncul?
aku salut dgn temen2 yg punya inisiate buka usaha dewe, tp kalo 200 orang buka smua sama....so ...mo jadi apa?
Jadi apa ya?
jadi biro yg melayani intern kali, sama spt biro2 iklan yg menjamur di ibukota. 1 biro melayani 1 merk. hihihii...
nb: ngapain pusing2 sih! makae u ngelirik ad, dah lbh mapan....di samping teori2 ekonomi/komunikasi/psikologi masuk smua....
Mostly ttg dunia kerja, cara kerja...cara pikir...
Di kaskus.com (http://kaskus.com/showthread.php?t=1217650) udah dibahas.
Ada tawaran, yg ga pernah kulirik sejak aku mo lulus, why? krn ga mo bingung lagi kayak sekarang.
Ada hasrat ingin berkreasi, spt idealnya lah. tapi di satu sisi dilema nya banyak!
Banyak sekali kelemahan sistem salary.
DLm visi dan taste design, i's okay. This one similar with the seond. Suka gaya2 yg elegan dan menurut mereka style desgin yg mutu, ga gilani.
Tapi........salary......
Aku minta gaji pokok UMR (ga tau berapa sih? 700? 800?) tapi ada KOMISI di tiap proyek. Emang napa marketing bisa, desainer tidak? emang yang lu jual apa?
Kedengarannya sombong amat. Desainku emang 'mentah' spt yg dia bilang. Tapi aku berpikir lagi...krrrkk...krrrkkk.....well maybe yg kali ini bukan kuda tunggangan yg tepat kali ya.
Aku berharap bergabung dgn tim(kuda yg tepat), kenapa hrs membentuk tim laen yg baru? tim laen yg mulai dr nol? yg kroco?
sampe kapan siklus ini brulang2 terus? Cobak liat brp biro desain grafis dlm 1 smester yg muncul?
aku salut dgn temen2 yg punya inisiate buka usaha dewe, tp kalo 200 orang buka smua sama....so ...mo jadi apa?
Jadi apa ya?
jadi biro yg melayani intern kali, sama spt biro2 iklan yg menjamur di ibukota. 1 biro melayani 1 merk. hihihii...
nb: ngapain pusing2 sih! makae u ngelirik ad, dah lbh mapan....di samping teori2 ekonomi/komunikasi/psikologi masuk smua....
Subscribe to:
Posts (Atom)