Monday, February 02, 2009

Things u shud know bout GD

Things u shud know bout GD.

This posting I have should written it months ago! Even before I left the photography studio!

I have been learning to put my place in client's side. Sometimes it works to get win-win solutions.

Now...
Now...
*Rumah desain*
Kalo elu kerja di rumah desain, nama kerennya graphic house, sebagai Grafik Desainer, loe ga ketemu klien langsung. Trutama perusahaan besar, sistemnya dibikin begitu, semakin mengerucut, kalo AE ketemu klien dan bikin brief utk divisi kreatif ya uda sampek matek bikinnya itu. Nda ngurusin produksi, cetak dan tetek bengeknya, ada divisi laen yg spesialisasi ngurusin hal itu.
Jadi dlm tim kecil GD simply bertanggung jawab terhadap team lead nya, yg beken dengan sebutan Art director ato yg lebih senior lagi, Creative Director. Sori, ga pake terjemahan bebasnya, lebih nggilani soale.
Klienmu ya Art Dir ato Creative Dir tadi.
Plus: mereka tau better ttg art dan tau ke mana arah art utk solusi dr brief yg dikasi AE.
Minusnya: Style dan idealisme mereka kadang bertabrakan dan GD terpaksa merana (sbg artis betapa besar pride dan kebanggaan masing2 individu, jika tidak ....tak tau lah)melakukan apa yg sebenarnya bukan seruan hatinya.
Level manager yg plg bawah beneran merana deh, jadi tukang doank. Melakukan revisi2 simple: menggeser font, mengubah warna font, fotocopy, nye-can. Asli nukang!

*Inhouse Grafic Designer*
Posisinya lbh ok lagi. Karena kebanyakan 1 team cuma 1-2 orang. Otomatis dah kerjaan Art dir, Creativ Dir, AE, produksi, smua dirangkap. Produksi mah gampang, lempar ke percetakan ato rumah produksi lainnya.
Sekarang kliennya dr awal sampe mati, kalo perusahaan ga kukut ya company itu!
Plus nya: uda disebut di atas, posisi konsultan bolehlah dipegang, alias menangan.
Minusnya: tergantung varietas kampanye komunikasi company.

Smua ada plus minusnya. Ga ada harga mati.

*Perushaan outsource*
GD ditempatin ke klien2 company.
Now....
Saya terjebak dlm komunikasi serba tak jelas di sini! Ada project manager, ada lead designer.
Blm ada org2 teknikal yg bossy dan super detail!
Logonya tadi diminta grayscale, kenapa kau buat biru?
Untuk informasi anda, grayscale bukan berarti grey (abu2)
Sudah saya utarakan ke dia.

Dan hal2 kecil, remeh, ga penting lainnya di-dikte-kan satu persatu. Saya asumsikan karena begitulah mereka, makhluk EKSAK!
Dan sampai skrg saya tak habis pikir gimana win-win solutionnya.
Pen-dikte-an ini membuat saya sebal, lantas 'gila' dan memberontak.
Peraturan lama ttg formal attire pun dipertegas. Benar2 formal, shirt masi bisa dibedakan mana shirt formal dan tidak. Padahal dlm natur saya yg namanya shirt itu yg kerah dan dr katun itu SUDAH CUKUP membuatnya pakaian formal!
Sekarang aturan2 tolol inipun membuat saya hidup dalam dunia serius dan membosankan.
Baru 8 minggu, dan sudah cukup menghantar saya ke level MUAK.

6 comments:

sus said...

namanya seniman itu ya ga bisa ikut orang suyen, biar idealismenya bisa di apresiasikan maksimal, contohnya kek afandi :D. tapi jaman sekarang bisa gak ya cuek bebek kek dia???

denni said...

Lek tak komentari pasti mencak-mencak arek iki.

Akhire pasti ngomong, bla bla bla,
istilah beda, sudut pandang beda.

Daripada gegeran, engko jadi van Gogh kedua, mending basa-basi wae hahaha.

sus said...

hahaha dasar... >:)

Carla Chanliau said...

seni tanpa marketing ya ga menjual. kalo ga menjual, si seniman ga bisa makan. jadi walopun aku setuju idealnya seniman itu harus kerja sendiri biar lebih bebas berkreasi dan nggak terkekang, kenyataannya ga gitu. karena kalo memang harus kayak gitu yg bisa jadi seniman cuma orang2 yg udah terlahir mampu secara ekonomi. berhubung kamu masih ikut orang, mau ga mau ya ikut maunya mereka, toh? kalo memang ada perbedaan persepsi antara greyscale dengan grey, dari awal ya mesti dilurusin. dan kalopun salah ya dibenerin/diganti aja. kalo dikit2 makan ati, hasil seni jadi ga berseni lho. kalo klien ga puas, semua orang jadi susah. kamu juga susah.

ya nggak?

pyor said...

@ Carla & Suval:
Anyway, designer is half artist, that's it.

@ Carla:The main problem I entered is I dont meet the client directly, driven by fools, that an hindrance to the win2 solution.

@ denni: opo van gogh kedua? Gendeng trus bunuh diri?

Pre said...

dosen disain grafis-ku dulu bilang:

persamaan disainer n seniman adalah, mereka punya sense of art n bisa mengapresiasikannya.

perbedaannya, seniman mengapresiasikan sense of artnya untuk diri sndiri. tp disainer, mengapresiasikan untuk org lain.

susah cari tmpat kerja ideal. klo kita mnghabiskan wkt untuk mncari tmpat spt itu, bisa2 kita nggak akan mncapai apapun dlm hidup.